Pagi itu Lurah Music kembali menapaki sebuah Pasar yang komoditas utamanya barang-barang bekas yang masih layak pakai, dan untuk pertama kalinya Lurah Music mengunjungi Pasar Pon Kowen yang masuk di Kapanewon Godean Kabupaten Sleman, tak lain dan tak bukan misi utama kami yaitu mengevakuasi artefak musik yang berceceran di Pasar ini.
Pedagang dari Pasar Pon Kowen ini sebelumnya berada di Pasar Godean, karena keterbatasan tempat dan dianggap menganggu lalu lintas di sekitar Pasar Godean, di relokasilah ke Pasar Kowen ini yang secara tempat lebih luas. Ketika Lurah Music berkunjung nampaknya Pasar ini baru saja direhab dengan bangunan semi permanen dan pemetaan pedagang lebih teratur, hal ini menambah kenyamanan pengunjung dalam memilih barang-barang yang dicarinya.
Tak disangka ternyata kami bertemu dengan Pak Rudi di Pasar ini, pedagang kaset pita yang selalu kami kunjungi ketika bertolak ke Pasar Pahing Sleman. Cukup ramai lapak milik beliau saat itu, dari orang tua maupun anak muda mengerumuni lapaknya. Setelah sedikit mendokumentasikan suasana di sekitar lapak Pak Rudi kami pun ikut memilih kaset pita yang dijajakan beliau, ada satu kaset yang membuat kami tertarik mengevakuasinya album milik musisi legendaris Keenan Nasution yang bertajuk “Di Batas Angan-angan”. Setelah menyepakati harga dengan Pak Rudi kami berhasil membawa pulang rilisan fisik album milik Keenan Nasution tersebut.
Suasana Pasar Pon Kowen Godean
Seperti biasa, sebelum Lurah Music membahas album “Di Batas Angan-angan” ini, kami akan sedikit mengulas perjalanan Keenan Nasution di belantika musik Tanah Air. Keenan lahir di Jakarta pada 5 Juni 1952, sebagai musisi dan penyanyi Keenan pernah tergabung dalam beberapa project band seperti Sabda Nada pada tahun 1966 lalu mengubah namanya menjadi Gipsy pada tahun 1969, ditahun 1972 Gipsy mendapat tawaran untuk mengisi panggung hiburan di Restoran Ramayana Manhattan Amerika. Sekembalinya Gipsy ke tanah air pada 1975 membuat project kolaborasi bersama Guruh Soekarno Putra dengan tajuk Guruh Gipsy. Keenan juga pernah mempunyai project bernama Badai Band di tahun 1978, walau tak berhasil menelurkan album.
Kembali ke album “Di Batas Angan-angan”, album solo dari Keenan Nasution ini dirilis pada tahun 1978 oleh Duba Records, pada rilisan Kaset Pita ini dikemas dengan sampul selongsong bak pembungkus rokok dan dilengkapi dengan booklet yang berisi lirik lagu pada album tersebut, namun sayang, ketika Lurah Music mendapatkan Kaset Pita album ini selongsong pembungkus dan booklet sudah tiada, hanya tersisa kaset beserta cover album yang berwarna sephia brown dengan sentuhan wajah Keenan, di mana desain cover ini dibuat oleh Gauri Nasution.
Fisik Kaset Keenan Nasution yang di dapat Lurah Music
Album dalam format kaset pita ini berisi 14 lagu, pada sisi A berisi “Nuansa Bening”, “Jamrud Khatulistiwa”, “Nyanyianmu”, “Di Batas Angan-angan”, Negeriku Cintaku” dan “Kau & Aku”, sementara pada sisi B berisi “Adikku”, “Buku Harian”, “Hujan”, “Menjala Citra”, “Mungkin”, “Jakarta Kusayang”, “Cakrawala Senja” dan “Suara-Nya”. Cukup puas jika kita mendengarkan karya Keenan Nasution pada album ini, dengan suguhan 14 lagu dengan berbagai macam corak disetiap lagunya.
Album Di Atas Angan-angan ini menjadi album terbaik peringkat 44 versi Majalah Rolling Stone Indonesia yang diterbitkan Desember 2007 silam. Album ini memiliki 2 lagu yang hits di kala itu, “Nuansa Bening” dan “Jamrud Khatulistiwa”, bahkan banyak musisi Indonesia yang mengemas ulang lagu tersebut dengan ciri khasnya masing-masing. “Nuansa Bening” dan “Zamrud Khatulistiwa” juga menjadi 150 lagu terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia yang diterbitkan pada Desember 2009.(AP)