Photo by Manifrustasi
Setelah November kemarin merilis single barunya yang bertajuk “Hasulinasi” saat ini Manifrustasi tengah mempersiapkan single selanjutnya yang akan dirilis awal tahun ini. Band yang terbentuk pada awal 2019 ini beranggotakan Tipo (gitar), Bagas (vokal), Arief (gitar 2) dan Reza (bass), untuk posisi drum saat ini masih memakai adisional karena drumer sebelumnya memutuskan untuk keluar karena sesuatu hal.
Berangkat dari kecintaanya akan dunia musik, Tipo mengajak beberapa temannya untuk bermusik di bawah nama Manifrustasi. Manifrustasi sendiri adalah plesetan dari money dan frustrasi, “Pemilihan nama ini karena kami pernah mengalami kefrustrasian karena hal-hal yang berbau uang, nah dari situ manifrustasi terbentuk untuk kegiatan refreshing kami di luar keseharian kami saat bekerja/mencari uang”, ungkap Arief.
Beberapa orang menganggap warna musik Manifrustasi seperti band Naif dan Slank yang dicampurkan, namun mereka sendiri tidak merasa seperti itu, karena dalam penciptaan sebuah lagu mereka selalu bereksperimen bersama dan merasa memiliki ciri khas musik sendiri, “Untuk masalah genre kami menyebut Pop Alternative atau bisa juga disebut Pop Males”, saut Tipo tertawa.
Lirik-lirik lagu yang dibuat oleh Tipo dan Bagas kebanyakan bertema pertemanan dan romance yang dikemas secara ringan. Lagu-lagu yang dibuatnya banyak menyasar segmen Quarter Life Crisis, usia-usia di mana kebingungan melanda. Total lagu yang sudah dirilis Manifrustasi saat ini ada 7, tiga lagu diantaranya masuk dalam EP pertama mereka yang bertajuk “Lalu Lintas Cerita”.
Ketika pandemi datang Manifrustasi baru menginjak hitungan bulan, mereka mengaku sangat merasakan efek berkarya di masa pandemi, panggung sebagai wadah musisi untuk show off pun tidak diperbolehkan, padahal salah satu income dari musisi adalah dari panggung ke panggung. Setelah 2020 vakum, diawal 2021 Tipo menginisiasi personel lain untuk mulai berkarya kembali, terbukti beberapa karya tercipta di 2021. Media digital menjadi salah satu sarana untuk memperkenalkan karya mereka ke publik saat ini, karena memang itulah cara untuk bertahan dan tetap eksis walau dihajar pandemi. Mereka mengaku saat ini sudah mulai ada tawaran-tawaran untuk mulai tampil dibeberapa panggung.
Personel Manifrustasi saat ditemui Lurah Music di kediaman Tipo
Meski beberapa personel berasal dari luar Jogja namun untuk jejaring pertemanan di lingkaran musik mereka cukup luas, mempunyai keuntungan dapat berteman dengan musisi lain di Jogja, saling bertukar pengalaman dan menambah relasi dalam bermusik. “Bermusik di Jogja itu bebas, banyak bertemu teman-teman lintas genre yang saling support, memiliki corak musik apapun di Jogja pasti ada penikmatnya, jadi kita tidak pernah takut untuk mengeksplorasi musik kita”,ungkap Arief.
Ada yang unik dari komitmen personel Manifrustasi dimana setiap 4 bulan sekali harus menciptakan sebuah lagu, komitmen tersebut tidak bisa tidak harus terlaksana. “Kami menganggap lagu adalah bahan bakar dari sebuah band, jadi jika bahan bakarnya nggak ada berarti kita nggak bisa jalan”, tutup Arief. (AP)