(03/11/2023) Di era 2000-an awal sebuah rental PS atau Playstation menjadi tempat yang mewah bagi anak-anak yang tidak dapat mengakses PS di rumahnya. Banyak game yang masih asing bagi anak-anak dapat dimainkan di tempat ini. Meski terdapat pro dan kontra tentang hadirnya rental PS di masyarakat, hal itu wajar terjadi.
Dari banyaknya game yang tersedia di rental PS kala itu, ada satu permainan yang menarik hati, Guitar Hero. Bagaimana tidak, anak-anak yang di dunia nyata belum bisa memainkan gitar sungguhan, di game ini mereka berlagak bak seorang gitaris band rock papan atas dengan memainkan lagu-lagu milik The Jimi Hendrix Experience, Deep Purple, Cream, Black Sabbath, Motorhead, Pantera dan beberapa band lain.
Guitar Hero seri pertama yang dirilis pada November 2005 ini sukses besar, keuntungannya meledak, tak mau kehilangan momen, Red Octane dan Harmonix sebagai empunya merilis Guitar Hero seri kedua setahun setelah perilisan pertama, november 2006. Pada seri kedua ini tidak hanya dirilis pada PS 2 namun juga pada X-Box, dengan jumlah lagu yang lebih banyak tentunya.
Yang belum banyak diketahui oleh gamers yang memainkan Guitar Hero mungkin bahwa lagu-lagu yang ada di Guitar Hero memiliki izin resmi dari band dan label yang bersangkutan, pun dari pihak pembuat game juga memberikan royalti kepada musisi.
Di akhir 2006 Guitar Hero banyak mendapat review positif dan menjadi salah satu game terlaris. Kesuksesannya menjadikan merilis beberapa seri hingga tahun 2010. Di belantika musik, Guitar Hero juga turut menyumbang trend positif. Di tahun 2008, Zach Horowitz Presiden & COO Universal Music Publishing group yang turut bertanggung jawab mengatur perihal lagu yang ada di game Guitar Hero mengatakan bahwa kesuksesan Guitar Hero juga mempengaruhi peningkatan penjualan lagu pada game Guitar Hero, kenaikannya cukup fantastis antara 200 % hingga 300 %. Bahkan beberapa band yang kurang bergaung namanya seperti Foghat dan Mountain mendapat lonjakan fans dan pendengar secara signifikan.
Namun di awal 2011 game ini mengalami kemerosotan yang tajam hingga mengalami kerugian. Dan Red Octane dan Harmonix memilih tidak melanjutkan Guitar Hero.
Kejutan datang, di akhir tahun ini Guitar Hero yang kabarnya telah diambil alih penuh oleh Microsoft menginfokan bahwa game legendaris ini akan mengembangkan layarnya kembali setelah lama menghilang. Ada yang menanti Guitar Hero dengan sentuhan Microsoft? Akankah lebih menarik? Mari kita nanti bersama.