(03/01/2024) Sebut saja Fariz RM, Candra Darusman, Chrisye dan Mus Mujiono, adalah beberapa sosok musisi legendaris Indonesia yang pada masa kejayaannya dikenal selalu menelurkan karya-karya yang bernuansa musik citypop. Karya-karya mereka telah berhasil menemani kisah hidup banyak orang, pun mengispirasi banyak musisi untuk membuat karya sehebat mereka.
Citypop sendiri lahir dan berkembang di Jepang pada era 1970-an hingga 1980-an. Genre musik ini sendiri pertama kali diperkenalkan oleh dua sosok musisi ternama asal Negeri Sakura, yakni Tatsuro Yamashita dan Haruomi Hosono. Setelah mereka, banyak musisi citypop lainnya terlahir di era tersebut dan karya-karyanya didengar oleh banyak masyarakat di dunia. Termasuk di Indonesia. Maka tak heran citypop pun diadaptasi oleh banyak musisi di negeri ini.
Walau sempat meredup diakibatkan oleh perputaran trend musik yang terjadi di Indonesia, musik citypop selalu memiliki ruang di telinga pendengar musik di Indonesia. Bahkan, hingga pada akhirnya genre musik ini pun kembali dinikmati oleh banyak orang saat ini. Bahkan sampai menginspirasi musisi saat ini untuk kembali menggaungkan musik tersebut dengan membuat karya citypop.
Bukti nyatanya adalah lewat hadirnya beberapa grup musik yang kembali membawakan genre musik tersebut. Satu di antaranya adalah Diskoria, grup musik asal Jakarta yang telah menelurkan banyak karyanya kepada pendengar musik di Indonesia. Nuansa musik citypop yang pernah tenar di era 80-an kembali mereka bawakan saat ini.
Melihat fenomena tersebut, sekumpulan komedian dan pembawa acara asal Yogyakarta lantas meresponnya dengan membuat sebuah grup yang mengusung genre musik tersebut. Mereka adalah SBM Project, yang merupakan kependekan dari Segerr Banget Musik Project. Grup musik ini sendiri beranggotakan Candra Adinugroho (vokal), Danang Marto Paidi (vokal) serta Wijil Rachmadhani (vokal).
Danang Marto Paidi menuturkan, sebelum terbentuknya SBM Project pada 1 November 2023 lalu, ketiga personel grup ini berulangkali disatukan dalam satu kesempatan yang sama untuk bernyanyi dalam sebuah pertunjukan musik yang diiringi oleh DJ set. Dalam setiap pertunjukan mereka, interaksi di antara mereka bersama penonton selalu pecah. Karena hal tersebut, mereka kerap mendapat banyak kesempatan untuk tampil dalam banyak pertunjukan musik.
“Selain karena tanggapan para penonton yang sangat ramai ketika kami menyajikan sebuah pertunjukan, SBM Project ini dibentuk atas dasar keinginan masing-masing personel yang ingin menyanyikan sebuah karya orisinal. Dan memang ke depannya, kami telah merencanakan untuk merilis dan membawakan karya-karya orisinal yang kami buat sendiri,” tutur Danang.
Maka dari itu, dalam debutnya di industri musik Indonesia, SBM Project pun menelurkan sebuah single yang mereka beri judul “Jogja – Tokyo”. Single perdana mereka tersebut resmi dirilis hari Rabu Kliwon (20/12/2023) melalui banyak digital streaming platform.
Candra Adinugroho melanjutkan, “Jogja – Tokyo” sendiri merupakan karya yang ia tulis sendiri beberapa waktu lalu. “Jogja – Tokyo” sendiri mengisahkan tentang hubungan jarak jauh yang dijalani oleh sepasang kekasih. Hubungan mereka harus berjarak antara Yogyakarta dan Tokyo. Dalam setiap lirik yang ada dalam lagu ini pun dikisahkan secara gamblang, bagaimana perasaan masing-masing ketika menjalani hubungan tersebut.
“Karena lagu ini dibawakan oleh dua penyanyi, yaitu Danang Marto Paidi dan Wijil Rachmadhani, kedua suara mereka mewakili sepasang kekasih yang menjalani hubungan tersebut. Di bait pertama menceritakan kerinduan lelaki pada kekasihnya yang sedang menjalani studi di Tokyo. Di bait kedua, mewakili perasaan pasangannya yang rindu tapi berusaha menenangkan kekasihnya bahwa sebentar lagi masa studinya akan berakhir. Sepasang kekasih ini berusaha yakin pada kekuatan cinta mampu menyatukan jiwa meski terpisah raga. Harapannya lagu ini dapat menjadi soundtrack untuk pendengar yang punya pengalaman LDR (Long Distance Relationship) dengan pasangan yang studi di luar negeri. Khususnya Jogja dan Tokyo,” papar Candra.
Musik Citypop
Candra menjelaskan, yang memantapkan SBM Project untuk mengusung tema musik citypop dalam karyanya sendiri adalah, karena bagi mereka genre ini selalu memiliki energi yang besar untuk menumbuhkan semangat kepada banyak orang. Sama halnya seperti ketika citypop lahir dan berkembang di negeri kelahirannya Jepang pada era akhir 1970-an sampai 1980-an. Karya-karya dari para musisi yang membawakan genre musik ini berhasil menghibur para masyarakat Jepang yang kala itu banyak yang mengalami depresi karena tekanan pekerjaan ketika Negeri Sakura berkembang menjadi negara maju.
“Melihat dari sejarahnya sendiri, musik citypop lahir di Jepang sebagai solusi untuk mengatasi depresi atas tekanan pekerjaan yang begitu tinggi disaat Jepang sedang merangkak untuk kembali bangkit dari keterpurukan selepas PD II. Hal itu relevan dengan situasi dunia, khususnya di Yogjakarta yang mulai merangkak untuk kembali pulih pasca Pandemi Covid-19,” ungkap Candra.
“Dengan dirilisnya “Jogja – Tokyo” kepada para pendengar musik di Indonesia ini, harapannya karya kami tidak hanya bisa dinikmati di atas panggung, namun juga melalui platform digital. Setelah merilis single ini, rencananya akan ada lima karya yang akan kami rilis sepanjang tahun 2024 mendatang,” lanjutnya.
Dalam penggarapan single perdananya, SBM Project melibatkan beberapa nama musisi dari Yogyakarta. Mereka adalah Sasi Kirono, Kakung Triadmojo, Adiyatma Raharjo dan Abraham Mico.