Bangkitkan Musik Instrumental Etnik Melalui A6 Ensemble

Setelah melepas single pertama dengan tajuk “Lagas”, kini grup musik instrumental dari Jogja ini tengah menggarap single keduanya yang rencana akan dirilis dibulan depan. A6 Ensemble atau bisa dibaca Asix Ensemble terdiri dari Said Dwi Santosa (klarinet), Muh. Abdul Faiz Yusuf (gitar), Pande Narawara (seruling), Rizky Biawak (perkusi) dan Salsabil (gitar 2).

“Lagas” adalah bahasa Bali yang berarti berani, di Medan juga sebuah kependekan dari Lantak Gasak yang memiliki makna serupa. A6 Ensemble memilih merilis single “Lagas” terlebih dahulu karena bentuk tindakan keberanian mereka akan memulai berkarya dalam bentuk grup musik instrumental yang mungkin eksistensinya masih kurang dibanding grup musik pada umumnya.

Jika ditanya mengapa memilih berkarya di jalur instrumental hampir semua personel mengamini bahwa A6 Ensamble ingin mengubah mindset penikmat musik bahwa musik itu tidak hanya pop, dangdut atau rock saja yang penyampaian pesannya melalui lirik pada sebuah lagu, tapi melalui musik instrumental A6 Ensemble juga dapat menyampaikan pesan melalui nada.

Rizky mengungkapkan “Berkarya di jalur instrumental itu jatuhnya malah lebih menantang sih, karena kita menyampaikan sesuatu bukan secara verbal tapi dengan nada dan suara dari setiap instrumen yang kita pakai, jika diibaratkan, melodi adalah sebuah lirik pada musik instrumental dan pendengar bebas untuk memaknai tentang musik yang kita ciptakan”.

Selain mencipta musik-musik instrumental yang berkualitas A6 Ensemble memiliki misi untuk mengangkat lagi instrumen tradisi yang bisa dibilang saat ini sudah mulai ditinggalkan dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat pada umumnya. Yang masyarakat ketahui saat ini musik etnik cenderung menjadi musik kesenian rakyat atau sebagai media ritual saja.

Melalui A6 Ensemble mereka ingin mempunyai terobosan baru melalui musik tradisi yang bisa bangkit dengan cara lain salah satunya dengan musik yang A6 Ensemble kemas. “Instrumen tradisi lebih fleksibel kami kemas, bukan hanya musik tradisi Indonesia saja, seperti instrumen barat yang biasanya dibawakan pada pertunjukan orkestra saja, di A6 Ensemble kami sajikan dengan enjoy”, imbuh Said.

Salah satu trigger A6 Ensemble untuk melepas “Lagas” adalah sebagai pembuktian diusia mereka yang semakin tidak muda lagi. Bukan hanya bersenang-senang di musik saja tapi juga mempunyai “anak” dan merawatnya, dan yang pertama lahir adalah “Lagas” tersebut.

Geliat musik instrumental di Jogja menurut kacamata A6 Ensemble mulai berkembang, dan muncul grup-grup musik instrumental dengan kekhasannya masing-masing, “Cuma mungkin masih kurang wadah untuk musisi instrumental mempresentasikan karyanya di khalayak umum, belum banyak event yang khusus untuk memfasilitasi musisi instrumental di Jogja”, tambah Said.

Selain akan merilis single keduanya yang bertajuk “Hope”, saat ini A6 Ensemble sedang dalam proses pengerjaan music video untuk single pertamanya “Lagas” yang berkolaborasi dengan salah satu production house di Jogja.

“Tidak menutup kemungkinan nantinya A6 Ensemble akan berkolaborasi dengan disiplin ilmu lain, seperti teater, seni rupa, bahkan mungkin menjadi musik relaksasi, kami masih mencari formula di mana musik instrumental ini bisa gatuk dan lebih pas untuk dinikmati”, pungkas Rizky. (AP)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *