Photo by Fornication
Tepat di akhir tahun 2021 ini Fornication menginjak usia 6 tahun, band metal asal Jogja yang mengusung genre deathcore ini diawaki oleh Taufik (vokal), Gilang (drum), Dika (gitar 1) dan Bagus (gitar 2). Berawal dari kecintaannya akan musik keras Gilang mengajak beberapa temannya untuk nekat nge-band dan membentuk Fornication, sempat beberapa kali ganti personel hingga akhirnya saat ini di isi oleh 4 personel tetap.
Nama Fornication diambil dari salah satu judul lagu milik band asal Inggris Infant Annihilator, dari nama tersebut mereka mencoba memaksa “berbuat zina” ditelinga penikmat musik agar dapat menerima musik yang dibawakan oleh Fornication.
Untuk hal penciptaan lirik lagu Taufik yang mengambil kendali, dengan tema-tema global yang dibumbui diksi-diksi angker dan kelam Taufiq berhasil membawa Fornication menuju ke dasar bawah tanah yang lebih gelap. Beberapa lirik yang dibuat oleh Taufik bahkan menggunakan bahasa Inggris, meski mengaku lumayan kesulitan namun atas kerjasama antar personel lirik dalam bahasa Inggris ini berhasil dibuat dan dilantunkan di beberapa lagu mereka.
Jika berbicara masalah panggung sebagian personel Fornication mengamini event yang di adakan oleh komunitas Jogja Every Core lah yang sangat berpengaruh untuk mereka, pasalnya event tersebut menjadi awal perjalanan Fornication menapaki panggung-panggung berikutnya. Mereka pun bertemu dengan Bagus (gitar 2) juga di event tersebut menggantikan personel sebelumnya yang memutuskan untuk keluar karena sesuatu hal.
Seperti beberapa musisi lain yang terdampak pandemi, Fornication pun merasakan hal yang sama, beberapa jadwal manggung yang sudah disepakati sebelum pandemi pun harus rela dibatalkan. Tidak mau diam saja mereka mengaku justru lebih sering belajar tekhnis bermusik, bahkan mereka merilis 2 video klip di masa pandemi ini.
The Fallen menjadi salah satu video klip yang Fornication rilis di masa pandemi, ada yang unik dari konsep video klip yang dibuat ini, mereka justru terlihat jauh dari kata seram, dengan setelan casual dan kekinian menghilangkan kesan angker yang melekat pada band metal, namun jangan salah walau mereka terlihat necis tapi kesan sangar muncul ketika mereka mulai memainkan musiknya. “Dalam video klip tersebut kami ingin menunjukan bahwa fashion itu penting, tapi bukan unsur utama ketika kita kami bermusik, jadi tak masalah apapun kostum yang mau dipakai”, imbuh Gilang.
Menurut mereka geliat musik metal di Jogja saat ini cenderung menurun dibanding 10 tahun yang lalu, mungkin karena ekspansi musik melalui media streaming juga yang menggeser eksistensi musik bawah tanah ini, sehingga penikmat musik lebih beragam. Meski begitu komunitas lokal di Jogja yang menaungi band-band bawah tanah masih tetap ada, komunitas ini berfungsi sebagai wadah sharing dan bertukar cerita antar musisi, pun sebagai penyelenggara event musik bawah tanah.
Di luar komunitas pun personel Fornication rutin berkumpul setiap minggunya, selalu ada hal baru ketika mereka berkumpul, bertukar refrensi lagu, ngulik skill dan membahas kelangsungan band kedepannya, bahkan ketika akan berproses kreatif seperti pembuatan single maupun pembuatan klip videomereka akan lebih intens untuk bertemu.
Target di tahun 2022 Fornication akan merilis debut albumnya, album yang masih dalam progress ini akan sedikit berbeda corak musiknya dengan single-single yang sudah di rilis sebelumnya. “Jika sebelumnya Fornication berada di jalur deathcore, album yang kita garap saat ini akan lebih condong ke death metal, dengan rencana 8 lagu didalamnya, tidak menutup kemungkinan bertambah”, tutup Taufik.(AP)