Jazz Mben Senen, Menjadi Ruang Belajar Yang Luwes

Setelah dua tahun beristirahat karena pandemi, Komunitas Jazz Mben Senen telah kembali bangun dan mengumandangkan musik jazz di halaman Bentara Budaya Yogyakarta. Terhitung senin kemarin, Jazz Mben Senen sudah melaksanakan kegiatan yang keempat kalinya setelah istirahat yang cukup lama. 

Jika ditarik ke belakang Jazz Mben Senen mulai tercetus di tahun 2009. Sebelum benar-benar menempati halaman Bentara Budaya Yogyakarta komunitas musik jazz ini masih berpindah-pindah di beberapa kafe di Yogyakarta untuk mengadakan jam session. Hingga pada akhirnya kafe terakhir yang ditempatinya tutup. Mencari alternatif lain, kala itu alm. Djaduk Ferianto mencoba nembung tempat ke Romo Sindhunata selaku tuan rumah di Bentara Budaya Yogyakarta. Gayung bersambut Romo Sindhu mengijinkan halaman Bentara Budaya untuk komunitas musik jazz ini jamming di setiap Senin malam. 

Awal perjumpaan di Bentara Budaya Yogyakarta komunitas ini belum mempunyai nama yang melekat, hingga pada akhirnya celetukan alm. Djaduk Ferianto untuk memberi nama komunitas ini diamini oleh teman-teman lain, ya Jazz Mben Senen lahir, nama ini dalam Bahasa Indonesia berarti Jazz Setiap Senin. 

Berawal dari dua baris kursi penonton, hingga pada akhirnya alm. Djaduk Ferianto membuat acara Umbul Donga untuk salah satu komposer Singgih Sanjaya yang kala itu sedang sakit. Diundangnya musisi-musisi kawakan seperti Tri Utamai, Waldjinah, Dwiki Darmawan dan banyak musisi lainnya. Dari acara umbul donggo tersebut Jazz Mben Senen mulai nampak kepermukaan dan dua baris kursi penonton mulai menjadi berlipat-lipat baris. 

Meski kegiatan Jazz Mben Senen terlihat sangat terorganizer namun tak ada struktur organisasi dalam komunitas ini. Semua yang bergabung dalam Jazz Mben Senen pure sukarela karena senang dan ingin belajar di komunitas.

Anggota Jazz Mben Senen banyak dari kalangan mahasiswa dari berbagai daerah yang sedang kuliah di Jogja. Tak bisa dipungkiri bahwa nantinya teman-teman yang notabenenya mahasiswa luar daerah ini akan lulus dan hijrah dari Jogja termasuk anggota yang tergabung dalam Jazz Mben Senen. “Terkadang juga kayak kekurangan sumber daya manusianya kalau temen-temen yang sudah lama bergabung tiba-tiba harus pergi untuk melanjutkan kehidupan di daerah lain, tapi ya kita tidak pernah memaksa, karena basic komunitas kita adalah senang dan suka rela”, ungkap Unggry atau yang akrab disapa Simbah, salah satu anggota Jazz Mben Senen. 

Diwa, salah satu anggota Jazz Mben Senen juga menambahkan bahwa di komunitas ini tidak ada perekrutan secara resmi. Anggota Jazz Mben Senen biasanya gabung dari ajakan temannya yang lebih dulu bergabung di komunitas ini, atau bahkan mereka menawarkan diri untuk bantu-bantu di komunitas karena memang suka dengan atmosfer di Jazz Mben Senen. 

Selama berjalan hampir 12 tahun ini ada beberapa inovasi-inovasi yang dilakukan Jazz Mben Senen, seperti membuat tema disetiap bulannya. Jadi dalam satu bulan setiap Jazz Mben Senen yang akan tampil di panggung membawakan lagu dari tema yang ditentukan, tema yang diangkat bisa dari band atau solois seperti yang sudah dilakukan tema Kla Project, Dewa, Sheila On 7, Endank Soekamti dan tema musisi lain. Dengan dibuatnya tema tersebut harapannya teman-teman akan lebih bisa berlatih tentang aransemen lagu. 

Simbah menegaskan bahwa Jazz Mben Senen adalah ruang belajar dan melatih kemampuan bagi siapapun, jadi jika saat tampil di panggung terdapat kesalahan dari penampil, hal tersebut adalah wajar adanya, karena memang komunitas ini wadah untuk belajar. 

Selain membuat tema disetiap bulannya, Jazz Mben Senen juga mempunyai agenda tahunan, membuat album kompilasi dari beberapa musisi anggota Jazz Mben Senen. Album kompilasi ini biasanya akan dirilis pada perhelatan Ngayogjazz. Selain dirilis dalam bentuk fisik compact disc, album kompilasi dari kawan-kawan Jazz Mben Senen saat ini juga sudah dapat dinikmati di beberapa platform music digital

Menurut Dani salah satu sesepuh di komunitas ini, Jazz Mben Senen ingin memberi stimulus untuk teman-teman yang ingin bergabung.”Kadang kami bikin tema yang nggak ada hubungannya sama jazz sama sekali, kami ingin memperkenalkan ke mereka bahwa belajar musik tidak hanya satu genre saja, musisi jazz itu lebih banyak refrensi musik lebih bagus”, imbuhnya.

Jazz Mben Senen juga tak melulu berkegiatan dalam musik saja. Beberapa anggota Jazz Mben Senen menganggap harus ada bonding lain, seperti hangout bareng, nonton bareng dan biasanya mereka menyewa villa untuk mengakrabkan sesama anggota Jazz Mben Senen. Simbah juga mengungkapkan bahwa awal perjumpaan setelah lama vakum ini untuk melihat antusias dari teman-teman anggota komunitas, dan jika memang antusiasnya positif agenda-agenda lain diluar rutin Jazz Mben Senen akan dilanjutkan kembali. 

Dilihat dari kacamata teman-teman Jazz Mben Senen perkembangan musik jazz di Jogja sangatlah ada bahkan menuju banyak. Mengingat Jogja adalah kota pelajar sehingga banyak didatangi teman-teman dari berbagai daerah dengan berbagai latar belakang. “Semua kalangan dan semua usia bisa bergabung di Jazz Mben Senen, bahkan kami mengajak teman-teman yang bukan pemusik pun untuk bergabung, karena saat ini sudah ada beberapa anggota yang gabung dan dia bukan pemusik, dia suka dengan atmosfer di Jazz Mben Senen”, tambah Dani. 

Dalam waktu dekat Jogja Mben Senen ingin kembali mengadakan tema disetiap bulannya. Pun ingin kembali berkolaborasi dengan beberapa teman-teman musisi lain maupun dari disiplin ilmu lain. “Jogja Mben Senen adalah komunitas musik yang tidak ada batasan untuk siapapun untuk bergabung, nggak ada syarat-syarat khusus, yang penting saling membantu di komunitas dan ngguyubi”, tutup Simbah. (AP)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *