Photo by Circle Fox
Mengawali tahun 2022 Lurah Music kembali menyambangi beberapa musisi di Jogja, salah satunya Circle Fox, band yang mengangkat genre Alternative Rock ini beranggotakan Naufal (vokal), Ikhsan (Gitar 1), Maul (Gitar 2), Astarina (bass) dan Farid (drum). Band yang berdiri pada pertengahan 2016 ini mengaku nama Circle Fox dipilih karena mereka rasa nama tersebut mudah untuk diingat dan diucapkan oleh orang-orang.
Jika mendengar salah satu nomor dari Circle Fox mungkin kalian akan berpikir ada sedikit unsur The Strokes di dalamnya, mereka juga mengamini bahwa musisi yang berpengaruh dalam berkarya salah satunya The Strokes. “Sebenarnya nggak cuma The Strokes sih, kita juga dengerin Artic Monkey, Television, Sonic Youth, musisi lokal yang menjadi refrensi bermusik kita pun juga ada seperti Jenny yang saat ini menjadi Festivalist, The Sigit, tapi mungkin memang condong kita ke The Strokes jadi sedikit banyak mempengaruhi warna musik Circle Fox”, ungkap Ikhsan.
Pada tahun 2019 Circle Fox sempat merilis EP pertamanya yang bertajuk “Polariod” berisi 5 lagu di dalamnya. Melalui EP tersebut Circle Fox ingin menyampaikan kisah-kisah yang ada disekitar mereka dengan media nada dan suara, visual cover EP pun sangat mewakili apa yang ingin disampaikan melalui EP tersebut, divisualisasikan dengan sosok yang memegang kamera polaroid.
Hampir semua lirik lagu Circle Fox diciptakan oleh Naufal, dia mengaku lirik yang dibuatnya terinspirasi setelah menonton film atau bermain game lalu dikaitkan dengan peristiwa disekitarnya, semua lirik yang dibuatnya pun menggunakan bahasa Inggris. “Meski lumayan kesulitan tapi untuk menulis lirik dengan bahasa Indonesia pun aku lebih kesulitan dan tidak bisa sebagus teman-teman musisi lain”, terang Naufal saat ditemui Lurah Music disebuah Coffee Shop.
Dari semua lagu yang diunggah di salah satu platform musik digital lagu “Vintage Virgin” menempati posisi pertama dengan pendengar terbanyak, Naufal mengaku lagu tersebut tercipta ketika seorang temannya selalu bercerita tentang permasalahan hidupnya, dari cerita-cerita tersebut ternyata bisa dibuatnya menjadi sebuah lirik lagu. Lagu tersebut juga menjadi lagu favorit Circle Fox ketika dibawakan di atas panggung, di samping pembawaan vokalnya effortless beberapa pendengar juga hafal lagu ini.
Meski kualitas musik Circle Fox saat ini bisa dibilang sudah matang, tapi mereka tidak puas sampai disitu saja, mereka masih ingin mengembangkan musiknya, tidak hanya stuck pada warna musik yang sudah ada saat ini. Mereka mengaku pekembangan skena Rock di Jogja saat ini juga sangat pesat, terlihat ketika kemarin PPKM selesai dan mulai bermunculan event-event lokal yang menampilkan beberapa band baru dengan kualitasnya yang keren dan mumpuni. “Asiknya di Jogja itu ketika ada event musik nggak hanya terkotak pada satu genre saja, tetapi bermacam-macam, dan pasti ada aja penontonnya”, imbuh Ikhsan.
Sebelum pandemi Covid 19 muncul di Indonesia Circle Fox sempat mengadakan tur, tepat setelah tur pertama usai di Purwokerto alarm untuk menutup semua panggung hiburan dinyalakan oleh pemerintah, alhasil tur yang masih menyisakan beberapa kota pun harus dihentikan. Meski merasa kecewa akan tur pertamanya yang dibilang gagal Circle Fox masih ingin menggelar tur kembali, kali ini mereka berencana dengan mengajak bebrapa musisi Jogja lain. “Pada rencana tour kita nanti Circle Fox akan mengajak beberapa musisi Jogja yang keren-keren lainnya, misi kita ingin memperkenalkan ke kota lain bahwa Jogja juga punya musisi yang keren kayak gini lho”, ungkap Astarina.
Target Circle Fox dalam waktu dekat masih akan merilis beberapa single yang materinya sudah sekitar 30% untuk nantinya diolah di studio. Untuk masalah album Circle Fox belum bisa memastikan kapan bisa rilisnya yang jelas tahun 2022 ini mereka ingin lebih produktif lagi dibanding tahun lalu. (AP)