Masing-masing dari mereka mempunyai background yang berbeda, tetapi lagi-lagi spirit untuk bermusik menyatukan perbedaan-perbedaan itu dan malah musik Larung lebih berwarna. Larung terbentuk pada 2020, saat ini diisi oleh Jean (Vokal), Revan (Vokal/Gitar), Vincent (Trumpet, Etnic) dan Ghazy (Gitar/Bass). Jika Vincent dan Ghazy lebih ngulik pada teknis bermusiknya berbeda dengan Jean dan Revan, mereka berdua lebih mendalami sastra dan menjadi cikal bakal lirik-lirik pada dua lagu yang sudah dirilisnya.
Dua lagu yang sudah dirilis Larung bisa dibilang bernuansa melankolis “Beberapa lagu kami yang sudah rilis maupun yang belum kami rilis memang dikemas dengan nuansa melankolis sih, beberapa lagu kami ciptakan dengan merespon kejadian-kejadian disekitar kami yang bisa dibilang perihal romance dan kami kemas dengan ke khasan dari Larung dan jadilah seperti itu”, ungkap Revan.
Satu lagu terbaru dari Larung berjudul Di Kisaran dengan nuansa Folk yang kental, Revan mengaku lirik tersebut tercipta sudah sejak 2016. Lagu ini ia ciptakan sebagai instropeksi diri perihal kisah romancenya dengan seseorang di masa lalunya, namun lagu ini juga menceritakan sebuah tempat di Sumatra Utara yang bernama Kisaran yang banyak ditumbuhi oleh berbagai macam bunga. Mereka tak masalah jika pendengar menginterpretasikan karyanya berbeda dengan yang Larung ingin sampaikan. “Justru kami senang jika ada pendengar yang memiliki pengartian berbeda dengan karya kami, berarti karya tersebut berkembang”, tambah Jean.
Hampir seluruh personel Larung mengamini bahwa perkembangan musik di Jogja saat ini lebih inklusif, banyak lahir genre-genre baru yang menambah warna di setiap skenanya. Berbicara skena musik, domisili Larung saat ini berada di selatan Jogja tepatnya di Sewon yang di dominasi oleh musisi-musisi jebolan Kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta maupun yang masih mengenyam pendidikan di sana termasuk personel dari Larung. Meski berdomisili di selatan, Larung juga berkeinginan untuk nge-blend dengan musisi di seluruh Jogja khususnya, dan bisa menampilkan karyanya tidak hanya di sekitar selatan saja.
Mengingat saat ini mereka masih menjadi mahasiswa aktif yang berasal dari daerah berbeda-beda dan mempunyai jarak yang bisa dibilang jauh, Larung menyatakan tak akan bubar meski nantinya mereka akan kembali ke daerahnya masing-masing atau bahkan bekerja di lain daerah sekalipun. “Bisa saja nanti kita tidak akan sering bertemu seperti saat ini, tapi kami ingin nantinya sewaktu-waktu dapat bertemu di bawah nama Larung kembali dan berkarya, lalu melanjutkan kehidupan masing-masing kembali, Larung nggak akan bubar sih. Maka target kami saat ini sebelum nantinya kita memiliki kehidupan di tempat yang berbeda ingin mengarsipkan karya dengan merilis album”, ungkap Revan.
Beberapa kali Larung berkolaborasi dengan teman-teman teater di ISI sebagai pengisi musik dalam sebuah pertunjukan, mereka sangat membuka diri untuk berkolaborasi dari berbagai lini, tidak harus ketika mencipta karya musik saja.
Jika ditanya tentang rilisan fisik, hampir seluruh personel Larung excited menanggapinya. Meski saat ini sudah banyak platform musik digital namun mereka berharap rilisan fisik tetap harus ada “Selain bisa untuk dengerin musik rilisan fisik bisa sebagai benda yang colletible bahkan bisa dibuat untuk pajangan di sudut-sudut ruangan”, ungkap Ghazy.
Pada album yang akan mereka rilis nanti selain merilisnya pada platform musik digital, Larung juga berkeinginan merilisanya dalam bentuk kaset pita meski jumlahnya terbatas. Target Larung saat ini selain merilis EP mereka juga ingin mengadakan tour dengan membawakan materi dari EP albumnya nanti. (AP)