Photo by BIAS/document
Tak banyak saat ini musisi memilih grunge sebagai genre yang dianut dalam band-nya. Lain cerita dengan Bias yang ingin berbeda dengan band-band mainstream saat ini. Band yang beranggotakan Rudi (Drum,Vokal), Gabrez (Gitar) dan Billy (Bass) ini terbentuk pada tahun 2015, sempat beberapa kali ganti personel hingga di tahun 2018 memiliki personel tetap sampai saat ini. Mereka mengaku bahwa saat ini pengaruh grunge hanya sekitar 30% saja, selebihnya ya Bias itu sendiri, dari itu mereka lalu menamakan genrenya alternative grunge, tujuannya agar pendengar lebih bisa menerima musik mereka yang memadukan manis, depresi, gelap pada corak musiknya.
Bias yang berarti berbelok arah, maka mereka ingin berbeda dari band mainstream saat ini, bukan itu saja, mereka juga berbelok dari grunge pada umumnya, Bias bertransformasi menjadi grunge yang mungkin lebih bisa diterima oleh pendengar. Suatu saat mereka berangan membuat genrenya sendiri. Rudi menambahkan, “bagus itu okelah, tapi kalau bisa ya beda, kalau udah beda kita dapat stand out, punya tempat sendiri”.
Proses pembuatan lirik Bias dipegang oleh Rudi, Gabrez dan Billy berperan sebagai penambah rasa. Bias mengangkat tema liriknya dari peristiwa sekitar, pengalaman pribadi bahkan dari film dokumenter. Lirik dibuat dengan diksi yang general sehingga lebih mudah dipahami. Bias juga membebaskan pendengar untuk mengartikan lagunya sesuai interpretasi mereka. Saat ini total lagu yang sudah dibuat lebih dari 15 lagu, dan 6 lagu masuk dalam EP pertamanya.
Mungkin beberapa orang yang baru menonton penampilan Bias di panggung bingung, mana vokalisnya, kok belum siap? Belum terlihat di panggung? Ya, di Bias Drummer-lah yang sekaligus bertindak sebagai vokalisnya. Karena menurut mereka terlalu banyak anggota pada band maka terlalu banyak “otak” dan akan lebih susah untuk menyatukan pikiran dari masing-masing personelnya, maka Rudi siap merangkap sebagai vokalis. “Walau untuk mengatur power memang agak susah, namun jika equipment yang disediakan panitia acara memadahi dan dibarengi latihan rutin bukan menjadi masalah besar”, imbuh Rudi.
Pada bulan September 2019 Bias mendapat kesempatan untuk mempresantasikan karyanya di Kanada pada perhelatan Envol et Macadam Fest. Sebelum terbang ke Kanada ada serangkaian seleksi yang dikemas dalam event Planet Rock, dari mulai mengirim demo lagu hingga terpilihnya 5 band yang lolos seleksi final di Jakarta. Penjurian dilakukan langsung oleh Co-Founder dari Envol et Macadam Fest, pada akhirnya Bias yang terpilih tampil di event tersebut sebagai wakil dari Indonesia. Bias mendapat dua kesempatan tampil saat di Kanada, pertama disebuah panggung kafe, yang kedua tampil di main stage event Envol et Macadam Fest bersama guest star pada event tersebut, Lagwagon dan Comeback Kid. “walau tampil di main stage kami tidak merasa nervous sama sekali, meski kami tampil dengan lagu berbahasa Indonesia, mungkin karena persiapan yang matang dan latihan intens di dua bulan sebelumnya”, ungkap Gabres saat ditemui Lurah Music di sebuah Cafe di Condong Catur.
Photo by BIAS/event Envol et Macadam di Kanada
Tak hanya membuat single dan video klip bertajuk “Ke Barat”, sepulangnya dari Kanada Bias mendapat banyak tawaran manggung di Indonesia. Namun pandemi ternyata lebih dulu datang sebelum tawaran-tawaran tersebut terlaksana. Tidak menyia-nyiakan energi positif dan semangat yang masih menempel sepulangnya dari Kanada Bias justru produktif di masa pandemi, terbukti 4 karya dalam bentuk video klip terunggah di masa pandemi ini.
Untuk target dalam waktu dekat Bias akan merilis single dengan judul yang masih dirahasiakan, mereka juga berencana mengadakan tour yang bertajuk “saTOURday” di tahun ini. “Secepatnya kami juga ingin merilis album, materinya sudah ada semua, tinggal nunggu timing yang tepat nih, mikirin juga gimana rilis album di masa pendemi seperti ini, album kami nanti judulnya MATI” tutup Rudi. (AP)