Ningrat Terlantar di Pasar Kliwon

Tak ada habisnya menjelajahi pasaran Jawa dengan komoditas utamanya adalah barang bekas, pencarian artefak musik pun juga terus berlanjut. Kali ini Lurah Music mengunjungi Pasar Kliwon Bantul, tak jauh dari pusat kota Bantul keberadaan Pasar ini. Dengan ciri khas pasarnya yang berada di kanan kiri jalan maka harus berhati-hati dalam melakukan pencarian artefak musik, oiya, Pasar ini cukup teduh karena banyak pohon perindang yang ditanam sepanjang jalan ini.

Belum terlalu lama bertolak setelah memarkirkan kendaraan di pinggir jalan kami langsung menemui pedagang yang menggelar kaset pita sebagai barang dagangannya. Ada beberapa rilisan fisik dalam bentuk kaset yang menarik, namun penglihatan kami tertuju pada Album Ningrat milik Jamrud, ada dua Ningrat saat itu, setelah menimbang mana fisiknya yang lebih “oke” kami memutuskan untuk mengevakuasi satu dari dua Ningrat tersebut.

Sebelum membahas album Ningrat, Lurah Music akan sedikit mengulas perjalanan dari Jamrud sebagai musisi Rock yang dapat tembus dan sukses di arus utama belantika musik Indonesia. Jamrud pertama kali dibentuk pada tahun 1989 dengan nama Jamrock, dan mengubah namanya menjadi Jamrud pada tahun 1995 seiring bergabungnya mereka dengan label rekaman Logiss Record. Sempat kehilangan 2 personelnya akibat OD obat-obatan terlarang disusul hengkangnya Krisyanto sebagai Vokalis, namun bergabung kembali pada tahun 2011, kini Jamrud memiliki formasi lengkap Aziz MS (Gitar), Ricky Teddy (Bass), Krisyanto (Vokal), Danny Rachman (Drum) dan Moch Irwan (Gitar).

Ningrat adalah album ke-4 dari Jamrud, dirilis pada tahun 2000 oleh Logiss Record. Surti-Tejo menjadi lagu favorit di album ini, disusul dengan Kabari Aku dan Pelangi di Matamu, sempat menjadi polemik karena lirik-lirik yang berani dan vulgar pada lagu Surti-Tejo hingga akhirnya Log Zhelebour selaku Executive Producer meminta maaf kepada semua pendengar melalui tulisan permintaan maaf pada sampul album Ningrat ini.

Album yang kini telah berusia 21 tahun ini menjadi album terlaris milik Jamrud, Surti-Tejo menjadi saksi kesuksesan album ini, terbukti dengan penjulannya yang mencapai 2 juta keping, album ini juga berhasil meraih 5 Penghargaan AMI Award 2000, hal yang luar biasa diperoleh band yang bercorak cadas ini. Pada era itu juga ada 3 band yang seolah-olah bersaing untuk melakukan penjualan albumnya, Sheila On 7 dengan Kisah Klasik untuk Masa Depan, Dewa dengan Bintang Lima dan Jamrud dengan Ningrat.

Keseluruhan album ini sebenarnya merespon fenomena sosial yang terjadi di era itu, ketika hubungan percintaan pemuda yang berbeda kasta, tentang pengaruh perilaku yang terjadi karena globalisasi yang mulai menyeruak dan keprihatinan akan ketergantungan obat-obatan terlarang, hingga pada akhirnya 2 personel Jamrud-lah yang menjadi korbannya. Fitrah & Shandy yang akhirnya meninggalkan Jamrud untuk selama-lamanya karena OD obat-obatan terlarang, maka lagu yang berjudul “Fuck Off” didedikasikan untuk mendiang Fitrah dan Shandy. (AP)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *